Selasa, Mei 26, 2009

Mengelola Waktu atau Energi ?

Dalam sebuah pertemuan bertemakan kepemimpinan, seorang GM dari perusahaan properti raksasa mengeluhkan pekerjaannya yang “overloaded”. Tantangan kerjanya dirasa bertambah memusingkan karena ia harus menservis beberapa atasan dengan kemauan yang berbeda-beda dan berubah-ubah, sementara bawahan pun tidak bisa dilepas. Di balik keluhan teman kita mengenai beban dan tanggung jawab yang bertumpuk ini, sesungguhnya ia mengemukakan pula rasa frustrasi atas tidakberhasilannya mengelola waktu yang hanya 24 jam, agar semua pekerjaan tuntas.

Saat sekarang, di mana hampir semua pekerja dan manajer tidak bisa menghindar dari tuntutan pasar, persaingan dan beban kerja yang bertumpuk, rasanya masalah ‘time-management’ semakin usang untuk dibicarakan, karena hanya orang-orang dengan load sedang saja yang masih bisa memikirkan pengelolaan waktu yang normal. Di jaman “hectic” begini, hampir tidak ada lagi pekerjaan yang bisa dilaksanakan santai-santai. Jam kerja yang seringkali terpaksa diperpanjang pada akhirnya memunculkan gejala jenuh, lelah, letih dan sakit pada para professional di perusahaan yang justru produktif. Saat waktu semakin sulit dikelola, sementara tantangan di depan mata wajib kita garap, di manakah ruang bagi kita untuk menjaga bahkan meningkatkan produktivitas?

Jangan Lupakan Sumber Enerji Paling Canggih: Manusia

Di saat banyak perusahaan menuntut karyawan untuk memperpanjang jam kerjanya di jaman ‘hectic’ begini, teman dekat saya, seorang pimpinan perusahaan, membuat kebijakan mematikan lampu dan pengatur suhu ruangan tepat pukul 8 malam. Jadi, silakan pulang sebelum jam 8 malam. Komentar teman saya, “Waktu tidak akan berubah jumlahnya, tetap 24 jam, tapi enerji manusia berubah-ubah. Energi kita bisa berkurang, bisa berlipat ganda, tergantung pintar-pintar kita mengaturnya.”

Kalau dipikir-pikir, kita umat manusia yang bersibuk dengan konservasi enerji, penghematan enerji dan berinovasi dengan pemanfaatan tenaga surya, panas bumi, nuklir, dan lain-lain, seringkali lupa pada sumber enerji yang paling canggih dimuka bumi ini, yaitu ’MANUSIA’-nya sendiri. Betapa kita tahu bahwa enerji bisa berlipat kalau kita bersemangat, tetapi juga akan kendor bila berada dalam situasi yang tidak kondusif. Betapa banyak “ jokes” dan ejekan sinis terhadap manusia Indonesia yang katanya hemat kerja otak dan hemat tenaga karena banyaknya orang upahan, sehingga pemikiran mengenai enerji pribadi termasuk dalam urutan “buntut”.

Bicara enerji pribadi, kita pasti pernah mengenal seseorang yang ‘tidak ada matinya’ dalam bekerja, berstamina kuat, daya pikir tajam, emosi stabil dan tetap ” enjoy” berkarya di tengah pekerjaannya yang menggunung. Ibarat mesin, kapasitasnya besar dan produktivitasnya tinggi. Teman saya, ketika ditanya darimana saja datangnya enerji tersebut, mengatakan bahwa enerjinya datang dari “passion” dan “keharusan” untuk menggarap hal-hal yang belum selesai atau tidak beres. Semua “pending matters”, tugas, tantangan, dan permintaan dianggap proyek yang harus dituntaskan. “Karena saya betul-betul ingin menuntaskannya, maka saya bergerak”.

Seorang ahli yang memang menyetujui bahwa enerji pribadi memang perlu dikelola, di ‘ strategize’ dan diatur mengatakan bahwa sumber enerji pada manusia ada pada fisik, emosi, pikiran dan spiritnya. Dalam tiap unsur ini enerji dengan mudah bisa direntang tidak berbatas. Agar tidak mudah kehilangan spirit, kita rasanya perlu untuk selalu bertanya pada diri sendiri mengenai apa yang paling penting dalam hidup kita, yaitu nilai-nilai pribadi. Dengan memahami hal yang penting dalam hidup kita, rasanya kita tidak perlu didorong-dorong untuk melakukan tugas kita, sehingga akan lebih hemat enerji.

Enerji Bisa ’Diisi Ulang’

Hal yang saya amati adalah bahwa gejala lesu dan lemah justru sering dialami dan diderita oleh mereka yang tidak rajin berolah raga, tidak gesit dan tidak senang bergerak. Gelaja sering menguap, tidak tenang, sulit berkonsentrasi ini disebabkan karena reservoir enerji kita sedang terkuras. Masalahnya adalah bahwa sebenarnya reservoir ini bisa diisi terus kalau individu menyadari bahwa ia mampu mengisi ulang enerjinya. Kebiasaan seperti berdiri dan menghentikan pekerjaan beberapa menit, sebenarnya melemaskan tidak saja otot tubuh tetapi juga otot-otot yang berada di dalam otak. Itulah sebabnya mengapa ide-ide kreatif biasanya justru muncul pada saat kita tidak menghadapi layar komputer atau kertas kerja kita.

Beberapa teman yang tiba tiba “dicopot” dari jabatannya saya amati bagai orang yang menjadi tidak sabar dan cepat marah. Di sini terbukti bahwa suasana hati atau emosi yang positif benar-benar memproduksi enerji lebih. Ini juga alasan mengapa banyak orang berusaha untuk membina hubungan dengan bawahan dan teman kerja secara lebih kental, agar juga mendapat kesempatan untuk melihat masalah dari berbagai persepsi dengan lebih jelas, logis, dan reflektif.

Waspadai dan Optimalkan Teknologi

Budaya telpon genggam dan pengelolaan beberapa telpon sekaligus tanpa kita sadari membuat “alertness” kita dituntut 24 jam /7 hari. Ini baik untuk beberapa situasi, misalnya budaya servis yang memang dituntut untuk waspada 24 jam. Namun, bagi individu yang kurang mampu mengelola enerjinya melalui media lain, hal ini bisa menyebabkan daya pikirnya tidak pernah beristirahat, sehingga ia sulit berfokus lagi. Ada penelitian yang mengatakan bahwa rapat-rapat yang memperbolehkan pesertanya menghidupkan email dan ponsel akan berlangsung 1-2 jam lebih lama dari yang seharusnya. Jadi sebetulnya, tidak ada salahnya kita meninjau kembali penggunaan ponsel dan komputer kita, misalnya tidak membawa komputer dalam rapat dan tidak menyalakan ponsel selagi bertatap muka. Selain hal ini meredakan fungsi pikir, situasi ini juga membuat kita bisa lebih menikmati tatap muka dan berfokus pada situasi, body language dan proses merespek lawan bicara dan menyimak yang lebih baik.

Hati-hati Gosip Bisa Membunuh Karir !

Bergosip memang merupakan hiburan bagi kebanyakan orang. Bahkan ada juga yang menjadikannya sebagai hobi. Namun ternyata bergosip dapat jadi bumerang yang mematikan bagi karier.
Rachel Weingarten, penulis buku 'Career and Corporate Cool: How to Look, Dress and Act the Part at Every Stage of Your Career.' mengungkapkan bahwa hobi bergosip ternyata beresiko besar pada karir seseorang.

" Mungkin Anda berpikir bergosip itu tidak berbahaya, namun kenyataannya hal itu dapat mempengaruhi kredibilitas Anda," ujarnya,

Sebelum Anda memutuskan untuk bergosip, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan. Salah satunya pikirkan efek dari gosip itu. Rachael menyebutkan beberapa konsekuensi yang akan diterima ketika Anda menjadi biang gosip.

Yang pertama, reputasi Anda menjadi buruk. Mendapat cap sebagai tukang gosip akan menjatuhkan citra anda di depan orang lain, dan akan berakibat buruk bagi perkembangan karier Anda.

Selanjutnya secara otomatis, rekan kerja Anda akan menjauh. Kepercayaan mereka terhadap Anda akan luntur. Setelah itu, ritme dan produktivitas Anda mulai terganggu. Tidak perlu waktu lama bagi atasan untuk melihat sesuatu yang salah pada diri Anda.

Lalu bagaimana cara menghindar dari kegiatan bergosip? Rachael juga menyebutkan trik-triknya. Pertama-tama, ganti kegiatan bergosip dengan pekerjaan lain. Sibukkan diri Anda dengan sesuatu yang lebih berguna, misalnya mengerjakan pekerjaan yang belum selesai.

Selanjutnya jika ada teman yang bergosip, buat alarm untuk diri Anda, tentukan berapa lama harus mendengar celotehan teman Anda itu. Misalnya hanya 5 menit waktu untuk mendengarkan, setelah itu tinggalkan, kerjakan pekerjaan lain.

Selanjutnya jika Anda telah terlanjur mendengar gosip, daripada menyebarkan lagi ke orang lain, sebaiknya simpan saja untuk diri sendiri, bila perlu tulis gosip tersebut dalam buku, agar lebih lega. Jadi, masih berminat jadi tukang gosip?

Stop Persaingan di Tempat Kerja

Bagi Anda yang telah bekerja tentu lebih memahami persaingan yang terjadi di tempat kerja. Menjadi yang terbaik di mata pimpinan adalah faktor mutlak yang diperlukan untuk karier seseorang.

Saat ini persaingan dikonotasikan hal yang negatif dan perlu dihindari. Namun, persaingan tidak sesederhana itu. Bersaing dapat dilihat dari dua sisi, sempit dan luas. Bersaing dalam arti sempit
tentu membuat seseorang merasa terancam dan mengganggap saingannya sebagai musuh dalam berbagai hal. Persaingan dalam arti luas tentu lebih mengedepankan jiwa bersaing dalam diri seseorang yang diikuti dengan meningkatnya kualitas kerja seseorang.

Persaingan yang didasari kebencian atau dalam arti sempit tentu tidak akan membuahkan hal yang positif. Anda mungkin memenangkan persaingan, namun hal tersebut tanpa disadari akan memunculkan sifat egois dan sombong. Jika kalah Anda pun tentu menderita dan muncul kedengkian. Lalu harus bagaimana memposisikan persaingan di tempat kerja?

1. Posisikan rekan kerja sebagai sparing partner
Bersaing dengan orang lain hanya boleh dilakukan dalam konteks menjadikan orang lain sebagai "sparing partner", bukan lawan sesungguhnya. Dalam olahraga, sparing partner adalah orang yang
membantu seseorang untuk meningkatkan prestasinya. Begitu pula dalam hidup, menjadikan orang lain sebagai sparing partner dalam bersaing berarti menjadikan orang lain sebagai mitra dalam meningkatkan kualitas seseorang.


Lalu jika rekan kerja Anda bukan pesaing, siapa pesaing sesungguhnya? Pesaing sesungguhnya adalah diri Anda sendiri. Karena sesungguhnya keberhasilan dan kegagalan kita disebabkan oleh diri
sendiri, bukan orang lain. Karena itu, pesaing Anda dalam meraih kesuksesan adalah diri Anda sendiri, bukan orang lain. Anda melawan diri sendiri untuk menang dalam perlombaan meningkatkan kualitas
diri. Ukuran kemenangannya adalah ketika Anda berhasil meningkatkan kualitas diri lebih baik dari hari kemarin.

2. Bersikap sportif
Apa pun yang Anda raih harus dihargai. Tidak ada kata kalah bagi Anda karena kekalahan yang sesungguhnya adalah keputusasaan Anda. Sportif tidak akan ada dalam diri Anda jika tanpa adanya sebuah kata "bijaksana". Anda harus memandang hasil yang diraih dari kacamata yang positif. Introspeksi diri menjadi salah satu tanda bahwa Anda bijaksana dalam menyikapi segala sesuatunya. Milikilah mental bersaing dengan diri sendiri. Jadikan hal ini sebagai kebiasaan Anda. Lawan Anda
sesungguhnya bukan orang lain, tapi diri sendiri. "Perang" yang perlu Anda lakukan adalah "perang" melawan diri sendiri bukan "perang" melawan orang lain.


3. Kerja keras
Persaingan tidak akan berarti tanpa adanya kerja keras dari Anda. Tunjukkan Anda mempunyai kualitas dan kemampuan dalam profesi yang Anda tekuni.

Ada tiga hal penting yang harus Anda perhatikan dalam pekerjaan :
a.. Pertama, terapkan Manajemen Waktu dalam bekerja dengan membiasakan tahapan persiapan.
b.. Kedua, usahakan semua tugas selesai pada waktunya, jika perlu buatlah jadwal yang akan membimbing Anda dalam bekerja.
c.. Dan yang ketiga, perluas pengaruh Anda di tempat kerja dengan memperbanyak relasi dan mencari informasi yang ditujukan untuk pengembangan karier Anda.

Nah, jika Anda termasuk orang yang memperhatikan karier kerja, tiga prinsip mental tersebut tentu patut diperhatikan. Faktor penghambat seperti kebiasaan sering mengeluh harus dibuang jauh-jauh.

10 Sikap Pemacu Karier

Mengapa sebagian orang dapat dengan mudah mencapai posisi teratas di suatu perusahaan, sementara sebagian lagi sulit untuk mendapatkan promosi? Apakah kecerdasan, bakat, serta kekuasaan orang-orang tertentu mudah melesat? Tidak juga. Sikap ternyata lebih berperan. Ikuti sepuluh sikap positif ini, dan yakinlah karier Anda melesat maju.

1. Nasib saya tergantung dari diri saya.
Bila Anda menghabiskan waktu hanya untuk menunggu datangnya mukjizat, maka Anda akan menunggu lama sekali, malah barangkali sia-sia. Seseorang yang sukses selalu melakukan sesuatu, secara baik dan tepat, untuk mewujudkan keinginannya. Anda sebaiknya bergerak dan melakukan sesuatu, cari cara yang baik dan tepat, jangan hanya menunggu. Anda pasti akan berhasil dan berhak untuk mewujudkan impian.

2. Segala sesuatu mungkin saja terjadi.
Anda berpikir tidak mungkin menjadi wakil direktur. Jika demikian, maka Anda memang tidak akan pernah menduduki posisi tersebut. Ingat, jika Anda berpikir tidak bisa, maka Anda tidak akan pernah bisa. Tetapi bila berpikir Anda bisa, maka Anda pasti bisa.

3. Pekerjaan apa pun harus dilakukan dengan baik.
Anda tidak pernah tahu saat Anda diperhatikan atau dinilai. Bila Anda terbiasa melakukan pekerjaan dengan baik dan benar, maka Anda tidak mendapatkan kesulitan untuk menerima tanggung jawab yang lebih besar. Jangan lupa, apa pun yang Anda lakukan, pasti diperhatikan oleh atasan.

4. Menganggap penting setiap orang.
Bila Anda ingin bersikap agresif, Anda pun perlu bersikap baik dengan rekan sekerja serta orang-orang yang berada di sekeliling. Anda keliru kalau menganggap tidak perlu menjalin hubungan baik dengan sekretaris atasan. Bersikaplah sopan dan ramah terhadap orang-orang di sekeliling Anda. Soalnya, kita tidak pernah tahu, sikap baik itu mungkin memegang peranan penting bagi masa depan Anda.

5. Tidak terpaku pada latar belakang pendidikan.
Bila selalu merasa bahwa pekerjaan yang Anda lakukan tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan, maka Anda akan menghasilkan pretasi yang buruk. Mungkin pekerjaan yang Anda lakukan tidak terlalu cocok bagi Anda, tetapi seorang profesional yang sukses melakukan tugas yang dibebankan kepadanya dengan sebaik-baiknya tanpa peduli di mana mereka berada.

6. Memiliki jejaring yang kuat.
Pegawai yang sukses memahami dengan baik pentingnya suatu jaringan, baik di dalam maupun di luar kantor. Anda perlu bersikap proaktif untuk mengembangkan hubungan profesional. Ajak dan undang rekan sekerja untuk makan siang di luar. Sesekali, pergilah ke kafe sehabis jam kerja. Bergabunglah dengan yayasan profesional. Kembangkan jaringan profesional demi masa depan Anda.

7. Tidak terpaku pada jam kerja.
Karena Anda bertanggung jawab atas nasib Anda, maka sudah menjadi kewajiban untuk terus mencari jalan dalam memperbaiki profesionalisme Anda. Bersikap sukarela dalam melakukan pekerjaan tambahan, berminat belajar sesuatu yang baru, serta bersedia pulang terlambat untuk membantu sesama rekan sekerja. Pekerja yang sukses tidak hanya bekerja terpaku pada jam kerja, tetapi juga bersedia melakukan lebih agar dirinya terlihat.

8. Kegagalan merupakan kunci sukses
Setiap orang pasti pernah mengalami kegagalan dari waktu ke waktu. Perbedaan antara orang yang sukses dan orang yang gagal adalah bagaimana mereka menghadapi kegagalan yang dialami. Pegawai yang sukses selalu belajar dari kesalahan yang mereka lakukan dan tetap maju.

9. Perlihatkan kemampuan.
Apakah Anda menunggu sampai seseorang melihat bakat dan kemampuan Anda? Mungkin sudah saatnya memperlihatkan kemampuan Anda. Katakan keberhasilan Anda dan apa yang telah Anda lakukan bagi perusahaan. Profesional yang sukses mengerti cara memperlihatkan keberhasilan mereka tanpa terkesan sombong.

10.Tidak pernah berhenti mencari peluang.
Tentu saja ada saat di mana Anda puas dengan pekerjaan yang sedang Anda geluti. Tetapi jangan lupa, profesional yang sukses selalu mencari kesempatan untuk maju dan berkembang. Pasang mata, buka telinga, dan buka wawasan untuk tantangan dan kesempatan baru. Anda tidak pernah tahu, kapan akan mendapatkan sesuatu yang dapat mengubah karier Anda menjadi lebih cemerlang.

Dunia Kerja Penyebab Terlantarnya Perhatian ke Anak

Kini di Indonesia banyak film yg menayangkan realitas lika-liku remaja indonesia khususnya di Jakarta. Kompleksnya masalah remaja kita diceritakan karena disebabkan kurang perhatiannya orang tua pada anak. Para remaja mengalami penyimpangan kepribadian dalam pencarian ''kasih sayang'' sebagai pelampiasan untuk melengkapi kebutuhannya yang kurang itu.

Hal ini membuat saya geram, karena tak 100 % orang tua yg menanggung kesalahan tersebut. Karena dunia kerjalah yang menyebabkan orang tua kita jarang di rumah dan menghabiskan waktunya di luar rumah untuk sebuah tender di luar kota atau atau disebuah diskotek dll. Dunia kerjalah yang membuat para orang tua menjadi materialis dan hedonis. Dunia kerjalah yang merusak akhlaq orang tua. Karena diperbudak dunia kerjalah generasi remaja menjadi korban. Yang tadinya orang tua harus mengurus anak-anak, malah harus mengurus kebutuhan sang ''anak besar'' (atasan mereka). Oleh karena itu, salahkanlah juga dan proteslah perusahaan-perusahaan dimana orang tua bekerja.

Kita harus sadari, bahwa sistem perusahaan yg ada menganut sistem ''Kapitalis'' yang bisa merenggut waktu para pekerjanya. Kita dituntut untuk bersaing dan berkarir serta, naudzubillah min zalik, harus berbuat maksiat dan kotor, memberikan segalanya hanya supaya menjadi ''orang sukses''.

Hal ini harus diketahui anak-anak remaja sekarang, supaya menasehati orang tuanya jangan diperbudak oleh pekerjaannya, dan bahwasanya sang anak tidak menuntut lebih berupa material sebagai lambang ''kasih sayang'' dari orang tua. Hadirnya orang tua di rumah lebih banyak adalah cukup bagi sang anak.

Sistem Kapitalis ini memang sudah merambah di segala sendi-sendi kehidupan kita. Tak hanya orang tua, anak-anak pun juga menjadi budak dari pencernaan melalui media-media, produk-produk, dll yang ''gemerlap''. Saking tak dapat perhatian dan kontrol dari orang tua, tak sedikit anak-anak remaja menjadi glamour materialistis, ''famous wannabe'' dan memiliki insting bersaing yang ''mengerikan'', yang hanya untuk mendapatkan sebuah ''perhatian'' dari dunia luar rumah yang tidak ia dapatkan di rumah.

Mengubah sistem yg sudah mapan ini memanglah berat. Namun jika kita mulai dari diri sendiri dan keluarga, Insya Allah, kita bisa mengubah dunia kerja menjadi lebih baik seimbang porsinya untuk keluarga. Agamalah kuncinya: ''Berhentilah makan sebelum kenyang'', prinsip inilah salah satu yang harus kita pegang dalam berkeluarga.

PERENCANAAN KARIR DAN KEBUTUHAN KARYAWAN

Tidak semua karyawan (manajemen dan nonmanajemen) memiliki perencanaan karir yang jelas dan tertulis. Begitu pula yang terjadi pada perusahaan. Akibatnya tidak jarang para karyawan melakukan protes kepada perusahaan tentang masa depan karirnya yang tidak jelas. Ketidaktahuan batasan tentang karir dengan segala aturannya manambah permasalahan ketidak-puasan di antara karyawan. Kalau hal ini dibiarkan berlarut-larut maka akan timbul suasana kerja yang tidak nyaman yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan dan perusahaan.

Karir adalah semua pekerjaan yang dipegang seseorang selama kehidupan dalam pekerjaannya (Keith Davis dan Werther W.B; 1996). Komponen utama karir terdiri atas alur karir, tujuan karir, perencanaan karir dan pengembangan karir. Alur karir adalah pola pekerjaan yang berurutan yang membentuk karir seseorang. Tujuan karir merupakan pernyataan tentang posisi masa depan di mana seseorang berupaya mencapainya sebagai bagian dari karir hidupnya. Tujuan ini menunjukkan kedudukan seseorang sepanjang karir pekerjaannya. Perencanaan karir merupakan proses di mana sesorang menyeleksi tujuan karir dan arus karir untuk mencapai tujuan tersebut, sedangkan pengembangan karir seseorang meliputi perbaikan-perbaikan personal yang dilakukan untuk mencapai rencana dan tujuan karirnya.

Para ahli SDM melihat perencanaan karir sebagai sebuah cara untuk memenuhi kebutuhan staf internal. Meskipun bantuan perencanaan karir umumnya terjadi untuk posisi-posisi manajer, profesional, dan karyawan teknisi, karena keterbatasan anggaran, idealnya seluruh karyawan hendaknya memiliki akses untuk itu. Ketika pengusaha mendorong perencanaan karir, para karyawan akan lebih mungkin untuk menyusun tujuan karir dan bekerja dengan giat untuk mencapai hal itu. Pada gilirannya, tujuan-tujuan itu dapat memotivasi karyawan untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan lanjutan dan bentuk kegiatan pengembangan lainnya.

Hal itu mungkin terjadi karena karyawan terdorong oleh motif bahwa pekerjaan merupakan bagian dari hidup dan kehidupan melalui investasi SDM yang tidak terputus.

Apa yang dibutuhkan para karyawan? Sebuah studi tentang sekelompok karyawan mengungkapkan lima faktor yang terkait dengan karir (Keith Davis dan Werther,W.B; 1996), yaitu sebagai berikut.

a. Keadilan dalam Karir : Para karyawan menghendaki keadilan dalam sistem promosi dengan kesempatan sama untuk peningkatan karir.

b. Perhatian dengan Penyeliaan : Para karyawan menginginkan para penyelia mereka memainkan perannya secara aktif dalam pengembangan karir dan menyediakan umpan balik dengan teratur tentang kinerja.

c. Kesadaran tentang Kesempatan : Para karyawan menghendaki pcngetahuan tentang kesempatan untuk peningkatan karir.

d. Minat Pekerja : Para karyawan membutuhkan sejumlah informasi berbeda dan pada kenyataan; memiliki derajat minat yang berbeda dalam peningkatan karir yang tergantung pada beragam faktor.

e. Kepuasan Karir’ : Para karyawan, tergantung pada usia dan kedudukan mereka, memiliki kepuasan berbeda. Program karir yang efektif harus mempertimbangkan perbedaan persepsi keinginan para karyawan. Apa yang pekerja harapkan dari program karir dikembangkan; olch departemen SDM sesuai dengan ragam faktor usia, jenis kelamin, kedudukan pendidikan, dan faktor-faktor lainnya.



Secara singkat, apa pun yang diadopsi departemen SDM, hendaknya luwes dan proaktif. Keluwesan dalam program pengembangan karir merupakan hal pokok jika tujuan dari produktivitas yang membaik, kepuasan personal meningkat pertumbuhan dan keefektivitasan keorganisasianya; meningkat ingin dapat tercapai. Dalam banyak kasus, hal ini akan membutuhkan modifikasi dari program yang ada untuk menunjukkan kebutuhan spesifik kelompok karyawan tertentu.

Memancing Kreativitas

Berapa kali Anda merasa otak tiba-tiba kosong dan tidak tahu harus melakukan apa, yang
sialnya selalu terjadi saat Anda dikejar deadline laporan yang harus diberikan pada atasan?
Bukan hanya itu, Anda tidak bisa menulis apa-apa karena tidak ada bayangan apa yang harus
ditulis, sehingga hanya mampu menatap kertas kosong dengan perasaan tak berdaya. Ups,
jangan panik dulu. Ini kukan pertanda Anda mulai pikun (dan percaya deh, Anda tidak
mengidap penyakit Alzheimer yang menyerang secara mendadak). Bisa jadi, hal ini disebabkan
karena Anda harus mulai menyesuaikan diri dengan keadaan baru tersebut.
Jadi bagi Anda yang mungkin saat ini sedang pusing karena terlalu sibuk, istirahat dulu sebentar dan simak artikel berikut. Siapa tahu akan membantu.

1. Lakukan pada waktu yang tepat
Kebanyakan orang yang telah berumur berpikir lebih jernih pada pagi hari; sedangkan
mereka yang lebih muda, pada siang hari. Temukan kapan waktu Anda yang tepat, dan
selesaikan masalah-masalah yang memerlukan pemikiran di waktu-waktu tersebut.

2. Pendidikan tinggi — namun jangan terlalu berlebihan
Pendidikan sekolah memiliki pengaruh besar dalam memupuk kreativitas seseorang
terutama pada masa-masa akhir kuliah, namun penaruh tersebut mulai menurun
setelah lulus. Pendidikan memang sangat penting, namun hal itu tidak menjamin
kesuksesan Anda di bidang tersebut (alias banyak hal-hal lain yang harus diperhatikan).

3. Mengikuti nasehat Konfusius
salah satu petunjuk mengingat yang selalu digunakan oleh para ahli yang melakukan
penelitian tentang ingatan : Supaya tidak lupa bila ada hal penting, tulis di secarik
kertas. Sebagaimana kata pepatah Cina, tulisan yang tintanya tidak jelas bertahan lebih lama daripada ingatan paling kuat sekalipun.

4. Tampil bersemangat dengan doping
Penelitian menunjukkan kadar kafein dalam secangkir kopi dapat membantu kita
berkonsentrasi terhadap sesuatu hal dengan lebih baik. Namun bagi Anda yang rentan
atau mudah terkena depresi, sebaiknya jauhkan diri dari sentuhan kopi karena akan
berakibat buruk bagi sel-sel otak.

5. Hubungkan hal baru dengan yang lama
Dengan menghubungkan informasi atau hal-hal baru dengan apa yang telah Anda
ketahui, percaya deh, akan lebih mudah untuk mengingatnya kembali.

6. Berlatih terus
Belajar dan melatih kemampuan yang baru didapat dengan berulang-ulang akan
mengubah organisasi internal otak, yang pada akhirnya akan sangat membantu dalam
melakukan proses mengingat. Jadi kuncinya adalah berlatih, berlatih, dan berlatih.

7. Beri kesempatan pada ide- ide baru
Kebanyakan dari kita memperoleh kelebihan kemampuan yang dengan cepat
menyaring fakta yang ada dan dengan cepat pula memutuskan “ya-atau-tidak”.
Kreativitas memerlukan lebih banyak waktu senggang atau pendekatan yang lebih
santai — yaitu dengan memberikan ruang bagi ide- ide gila Anda.

8. Pilih profesi yang menghadirkan tantangan bagi otak dan pasangan yang
cerdas
Orang-orang yang berkarir di bidang yang memerlukan tingkat konsentrasi atau
penggunaan intelegensi tinggi besar kemungkinannya untuk dapat mempertahankan
kognisinya di level tertinggi. Selain itu, menikahi seseorang yang pintar juga dapat
membantu Anda untuk terus mendapat stimulasi tingkat tinggi.

9. Jangan ragu untuk mengetahui hal- hal baru
Kreativitas kerap diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk mengadaptasikan satu
cara penyelesaian masalah ke masalah lain yang berbeda. Banyak sekali contoh
kreativitas manusia yang bermula dari hal-hal kecil (namun menjadi besar), misalnya
ide membuat pin untuk membuka kaleng minuman ringan yang berasal dari cara
seseorang membuka kulit pisang.

10. Belajar dari pengalaman Da Vinci
Seperti halnya Da Vinci yang terkenal dengan ide-ide revolusionernya (dan
membuatnya dijuluki sebagai pelopor jaman rennaisance), tidak ada salahnya
melakukan hal-hal yang tidak berhubungan dengan pekerjaan, yang tujuannya adalah
untuk merangsang stimulasi otak. Beberapa diantaranya misalnya melakukan juggling
bola atau menulis dengan tangan kiri (atau kanan bagi Anda yang kidal).

11. Perhatian
Pernah mengalami lupa nama seseorang beberapa saat setelah Anda bertemu atau
berkenalan dengannya? Masalahnya bukan pada ingatan Anda, namun lebih ke arahkonsentrasi yang tercurah saat itu. Dengan bertambahnya umur, kita harus lebih sering mengulang-ulang informasi yang baru didapat supaya masuk ke pusat penyimpanan
data yang terletak di dalam otak kita.

12. Mendengarkan musik klasik
Seorang psiolog eksperimental menemukan sebuah bukti yang mendukung adanya
“Efek Mozart” — otak yang terekspos (dalam hal ini mendengarkan) musik klasik
(contohnya Mozart) akan dirangsang saedemikian rupa sehingga informasi yang kita
peroleh dapat masuk lebih cepat ke dalam otak.

13. Menjaga kebugaran badan
Banyak yang percaya bahwa dengan berolah raga, maka kemampuan
berpikir/mengingat juga akan semakin menguat. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya
kadar oksigen dan nutrisi yang dialirkan ke dalam otak, sehingga merangsang sel-sel
otak untuk tumbuh lebih pesat. Meski penelitian belum membuktikan pandangan ini
akurat, rasanya tidak ada salahnya kalau dicoba.

14. Mencoba sesuatu yang baru
Dalam sebuah studi yang membandingkan orang-orang yang mudah mengalami
burnout dengan mereka yang dapat mempertahankan kreativitasnya, diketahui bahwa
kelompok yang terakhir dapat mempertahankan penampilannya karena terus berusaha
menambah pengetahuannya. Jadi, siapa bilang membaca itu tidak penting?

15. Hindari hal-hal yang bisa membuat Anda tidak fokus
Saat berada dalam situasi chaos atau berisik di mana banyak hal-hal di sekitar yang
mampu mengganggu konsentrasi. Seandainya harus mengerjakan sesuatu yang
penting, akan lebih baik bila Anda mampu menjauh dari lingkungan tersebut, misalnya
dengan menyendiri di tempat sepi supaya lebih berkonsentrasi.
Satu hal lagi yang tidak boleh dilupakan adalah untuk tetap mengobarkan semangat (rasa cinta) Anda terhadap pekerjaan yang sedang dilakukan! Dalam sebuah penelitian yang dilakukan
seorang psikolog Belanda terhadap master dan grandmaster catur menunjukkan bahwa tidak
ada perbedaan tingkat kecerdasan diantara mereka. Satu-satunya yang membedakan adalah :
para grandmaster menyukai dan menghayati permainan catur. Ini menunjukkan bahwa
semangat seseorang adalah pemicu yang paling baik bagi kreativitas. Coba saja kalau tidak percaya!

Mengundurkan Diri dengan Elegan

Hari yang telah Anda tunggu-tunggu itu akhirnya tiba juga. Akhirnya Anda dapat keluar dari
pekerjaan yang selama ini sangat Anda benci. Dalam atmosfir yang dipenuhi kebencian
terhadap atasan, pekerjaan Anda atau malah kedua-duanya, pasti ada keinginan dalam diri
Anda untuk mewujudkan fantasi yang selama ini telah direncanakan : memberitahu atasan
Anda bagaimana tidak becusnya ia dalam mengatur bawahan, membocorkan pada rekan-rekan
kerja tentang siapa-siapa saja yang pernah membicarakan mereka dan apa saja yang pernah
dibicarakan, atau mengambil persediaan kertas folio di gudang untuk dibawa pulang. Anda
mungkin berpikir : toh saya juga akan segera keluar dari tempat itu, jadi nggak ada salahnya
kan memanfaatkan kesempatan itu?
Salah besar. Cara Anda mengundurkan diri secara tidak langsung akan mempengaruhi karir
Anda di masa depan. Tahan amarah Anda dan jangan berusaha membalas, tapi keluarlah dari
pekerjaan tersebut dengan keprofesionalan yang masih terjaga. Berikut adalah hal-hal yang
harus dipertimbangkan.

1. Berpikir jangka panjang
Jangan sampai Anda mengeluarkan komentar-komentar yang menjelek-jelekkan atasan
atau rekan kerja di tempat lama. Meski dorongan tersebut sangat kuat (dan sangat
menyenangkan bila bisa melakukannya), perlu diingat bahwa apa yang telah diucapkan
tidak dapat ditarik kembali. Kata-kata tersebut (seandainya terdengar oleh orang lain)
akan selalu teringat dan mungkin suatu saat akan sampai ke orang yang Anda jelekjelekkan.
Selain Anda masih membutuhkan tempat kerja lama sebagai referensi, masih
ada kemungkinan Anda akan bertemu dengan rekan kerja baru yang memiliki
hubungan dengan kantor lama — baik sebagai klien, supervisor, atau (yang lebih parah
lagi) teman dekat dari salah seorang rekan kerja Anda di tempat lama.

2. Berpikir rasional
Berhenti kerja dapat menjadi pengalaman bernuansa penuh emosi baik bagi Anda
maupun atasan (yang mungkin selama ini memperlakukan Anda dengan semenamena).
Atasan mungkin akan merasa kaget, marah atau melakukan pembelaan diri
(dan menganggap kesalahan sepenuhnya ada di tangan Anda). Meski ketegangan
mungkin terjadi, tahan emosi dan tetaplah berlaku sebagai seorang profesional. Dengan
berhenti, Anda sebenarnya telah berhasil membalas perlakuannya. Bayangkan, berapa
lama yang akan dibutuhkan untuk mencari sampai melatih orang baru hingga dapat
benar-benar mengisi posisi Anda?

3. Berpikir ke depan
Buat surat dengan singkat, to the point dan mencantumkan tanggal kapan Anda akan
efektif berhenti bekerja. Jangan mengirim melalui email, tapi langsung datangi
staf/orang yang berkepentingan dan serahkan surat tersebut. Berhati-hatilah sebab
mungkin saja begitu menyerahkan surat pengunduran diri, Anda akan langsung disuruh
membereskan meja Anda dan digelandang keluar kantor. Oleh karena itu sangatlah
penting mengemasi barang-barang Anda beberapa hari sebelum (misalnya seminggu)
sebelum berhenti. Kumpulkan barang-barang yang mungkin dapat berguna suatu hari
misalnya alamat email, kartu-kartu nama dari klien, rekan kerja atau supervisor, atau
informasi yang Anda butuhkan mengenai proyek yang sedang Anda kerjakan. Sebab
begitu Anda menginggalkan kantor untuk terakhir kalinya, barang-barang tersebut
tidak bisa diambil lagi.

4. Berpikir positif
Seandainya dulu pekerjaan lama Anda diwarnai masa-masa sulit (dan menyebalkan),
mungkin akan sedikit sulit untuk tidak berkomentar/bercerita mengenai masa-masa
tersebut. Namun membawa beban (dan kekesalan) lama ke pekerjaan baru hanya akan
merusak reputasi Anda. Atasan atau rekan baru Anda pastinya tidak ingin
mendengarkan keluhan mengenai pekerjaan lama Anda. Lupakan deh mimpi buruk
Anda yang dulu, lagipula toh sekarang sudah ada pekerjaan baru. Hadapi masa-masa
transisi tersebut dengan seprofesional mungkin dan songsonglah kesempatan emas di
pekerjaan baru yang ada di depan Anda

Tujuh Penyebab Karyawan Berhenti dari Perusahaan

Secara informal ada tujuh alasan mengapa karyawan berhenti dari sebuah perusahaan. Diantaranya :

1. Perlakuan yang tidak manusiawi dari atasan baik langsung maupun tidak langsung. Secara psikologis merasa tertekan cenderung dibentak, disalahkan, dibodoh-bodohkan bahkan dimaki dengan kata-kata kasar.

2. Merasa dieksploitasi karena jam kerja yang terlalu panjang dengan mengabaikan peraturan ketenagakerjaan. Contoh bila sudah tiba waktu pulang kerja. Namun karyawan masih saja disuruh untuk mengerjakan sesuatu. Bahkan karyawan disuruh bukan karena professionalitas kerja kanntor melainkan urusan di luar kantor.

3. Pisah dengan keluarga dalam waktu yang tidak tentu dengan kompensasi yang tidak memadai.

4. Perusahaan semena-mena memberlakukan kompensasi atau pesangon dan uang penghargaan yang menyimpang dari perhitungan normatif yang diatur oleh UU No. 13/2003 tentang Ketenagakerjaan dan juga tentang upah lembur yang diberikan

5. Citra perusahaan yang buruk di masyarakat. Itu dibuktikan dengan sering terjadinya pengunduran diri dari karyawannya atau perusahaan tersebut telah mengecewakan kliennya.

6. Terlalu sering rapat, sehinga timbul kejenuhan yang luar biasa.

7. Dan inilah yang paling sering terjadi yaitu gaji yang diterima karyawan tidak sepadan dengan pengorbanan yang dituntut.

MENGATASI “BAD MOOD” DALAM DUNIA KERJA

Pasti pernah dong ngalamin “bad mood” mau ngapain aja ngerasa gak enak, bawaannya gak tenang, gelisah, serba salah, pengen marah, ngerasa capek, kayaknya gairah menghilang, maunya kerja tapi kok gak ada yang beres, pokoknya lesu banget deh, nah paling gak kalau kena gejala yang kayak begini kamu tuh lagi kena sindroma “bad mood”.

“Mood” itu memang memiliki pengaruh yang besar banget sama diri manusia, coba kamu pikir kalau mood kamu lagi baik, wah kayaknya semua pekerjaan bisa beres, dan memberikan hasil maksimal. Kalau mood lagi bagus, semangat juga muncul dengan sendirinya, melebihi semua khasiat minuman penambah energi.

Kadang kita sendiri tidak menyadari, kenapa sih tiba-tiba kita bisa “bad mood”, tiba-tiba aja bawaan jadi gak enak, istilah ngetrendnya sih “lagi BT nih”. Terkadang perasaan sedih, kecewa, khawatir akan suatu hal merupakan hal-hal yang cukup berpengaruh dengan “bad mood” ini, bisa juga berantem dengan pacar atau suami/istri secara gak langsung akan mempengaruhi emosi kamu dan tanpa disadari terbawa kedalam pembawaan diri kita dan timbulah “bad mood”. Kebanyakan sih kita tidak menyadari kenapa yah hari ini tiba-tiba kita jadi “bad mood”, pokoknya hari yang begitu indah ini terlihat suram di mata kamu. Terbayang gak‘ kalau anda berada dalam dunia kerja dan terkena “bad mood”, pastinya hasil kerja anda tidak akan maksimal, belum lagi bawaan “bad mood” ini juga akan mempengaruhi sinar mata anda, muka anda yang ditekuk, senyum yang tiba-tiba hilang, itu semua akan membuat semua rekan kerja bertanya-tanya, kalau mereka bisa mengerti anda sedang “bad mood” mungkin anda aman, tetapi bagaimana yang tidak mengerti dan tersinggung dengan sikap anda saat “bad mood”, pastinya akan merusak hubungan dengan rekan kerja.

Banyak juga yang bilang “bad mood” itu pembawaan, tapi menurut saya “bad mood” itu bisa terjadi pada siapa saja. Terkadang pribadi yang begitu ceria pun bisa secara tiba-tiba terserang ”bad mood”. Tetapi mungkin kadar “bad mood” di masing-masing orang berbeda karatnya, ada yang hampir setiap hari “bad mood”, ada juga yang sering terlihat “bad mood” atau mungkin sekali sekali saja “bad mood”nya

Nah, untuk kamu-kamu yang merasa sering kena “bad mood”, lebih baik kamu menyadari hal ini, lebih banyak negatifnya lho dibanding positifnya, terutama bagi anda yang bekerja di kantor atau sebagai seorang professional, sepertinya anda harus belajar untuk membaca suasana hati anda dan bisa mengeremnya agar tidak berpengaruh ke diri anda terutama saat sedang bekerja. Jangan sampai pekerjaan dan rekan kerja anda menjadi korban “bad mood” anda

Mungkin saya bukan seorang ahli, tapi ada beberapa hal yang bisa disarankan untuk meredam “bad mood”, mungkin saja hal ini bisa membantu mengatasi “bad mood” yang seringkali menyerang kita.
- Tenangkan diri saat ada masalah yang datang dan menggangu pikiran anda. Banyak cara menenangkan diri, misalnya saja dengan menarik nafas, mendengarkan musik, membaca novel, pergi ke pantai, ke pegunungan atau apapun anda bisa lakukan sesuai dengan apa yang menjadi hobby anda
- Masalah kalau dibiarkan akan berlarut-larut, jadi secepatnya anda selesaikan masalah tersebut, hadapilah semua kenyataan yang datang, tegarkan diri anda, semua masalah pasti ada penyelesaiannya. Kemanapun anda lari, masalah akan tetap ada.
- Sehatkan diri, aeroboik, pergi ke gym, lari di lapangan, berlari-lari kecil, yoga atau apapun olahraga bisa anda lakukan, katanya sih dengan berolahraga pikiran dan jiwa kita juga menjadi sehat dan semoga saja emosi negative yang ada disekitar kita bisa hilang.
- Sahabat dan teman-teman yang menyenangkan merupakan obat yang mujarab untuk “bad mood”, bergembiralah, jalan ke mall bersama-sama dengan mereka, ngopi bareng, jalan ke suatu tempat bersama-sama, atau bisa saja clubbing bersama teman-teman. Tertawalah bersama mereka, ciptakan kebahagiaan bersama mereka, lupakan semua masalah sejenak, coba berpikir positif indahnya hidup ini.

Pada dasarnya semua permasalahan hidup ini bisa menimbulkan “bad mood”, hanya bagaimana masing-masing manusia menghadapinya punya cara yang berbeda. Selamat bekerja ya.

Karir Mentok? Sudahkah Berinvestasi pada Diri Sendiri?

Seorang salesman sukses datang pada saya: “Perusahaan ini maunya apa, sih? Saya sudah bekerja selama 5 tahun, selalu mencapai target,
tidak pernah dinaikkan pangkat, malahan, target saya setiap semester dinaikkan.
Apa perusahaan mau menyaksikan kegagalan saya? Karir saya mentok di perusahaan ini....” .

Secara logis tidak ada perusahaan yang ingin “menggencet” karir seseorang, namun ada beberapa hal yang menyebabkan individu merasakan keterhambatan karir.
Bisa saja kompetensinya bagus dibidang penjualan, tetapi di bidang penyeliaan dan manajerial dia lupa mengembangkan diri.
Terkadang kita terlena pada rutinitas dan penghasilan tetap, sehingga merasa bahwa tidak ada jalan untuk membuat nilai tambah pada diri sendiri secara sadar dan terencana.
Tepat pada saat kita merasa ”helpless” itulah karir kita memang betul mentok.
Padahal sebagai profesional, kita harus berkembang bagaikan mesin yang selalu ter “tune up” dan siap menanggung beban tantangan terkini.

Yang jelas, sudah tidak jamannya lagi mengharapkan pihak lain, atau perusahaan bertanggungjawab atas pengembangan diri kita.
Jangan lagi berkata, ”Aduh, gimana tidak gatek...., perusahaan aja tidak memberi saya laptop”.
Atau,“Mana sempat kursus, lembur sampai malam dan sampai di rumah pun saya masih harus mengurus rumah tangga”.
Profesional yang berhasil adalah mereka yang meyakini bahwa tanggung jawab untuk masa depan dan pengembangan karir ada di tangan dirinya sendiri.
Lihatlah kenyataan bahwa orang yang karirnya menanjak punya kebiasaan luar biasa yang menyebabkan dirinya tidak berhenti”walk the extra mile” untuk berinvestasi di dalam dirinya.
Tidak jarang pula kita menyaksikan kenyataan bahwa beberapa profesional yang sudah mencapai usia lanjut tetapi tetap laku dan ”terpakai”.
Bila kita cermati baik baik, profesional senior ini memang belum berhenti ”mengisi” dirinya. Investasi pada diri sendiri, hukumnya: seumur hidup.

Investasi pada Wawasan dan Ketrampilan.
Kita tidak bisa tampil sebagai seorang yang lamban, sulit diajak berkompromi, keras kepala dan merasa bahwa kita sudah ”mumpuni”.
Sikap seperti itu adalah sikap dari profesional yang sudah akan lengser. Kita perlu tampil sebagai seorang yang terbuka, mau belajar dan bisa menyerap setiap isu dengan cepat.

- Cari Cara Kilat Perluas Wawasan : Bangun habituasi membaca dan optimalkan jaringan web untuk mencari tahu hal yang selama ini tidak ada sumbernya.
Gunakan teknik speed reading seperti scanning dan skimming, untuk menyerap bacaan dalam waktu singkat,
mengingat banyaknya materi bacaan sehubungan dengan industri dan profesi yang kita tekuni tidak bisa kita cerna semuanya.
Paksakan diri untuk mengingat dan mengotak atik data dan fakta karena sampai kapan pun seorang profesional perlu fakta dan data bila ingin mengambil keputusan
atau memecahkan masalah.

- Kuasai ”Soft Skill” melalui Mentor: Cara-cara komunikasi, negosiasi, persuasi memang bisa dibaca di buku.
Namun, cara yang paling baik adalah mem-”benchmark” langsung dari orang di sekitar kita.
Saya belajar untuk bersabar, dari tukang kebun saya, sebaliknya belajar ”memasang kuping”, meningkatkan kepekaan pendengaran dari si DJ putra tercinta.

Investasi pada Ketrampilan Manajerial
Ketrampilan manajerial tidak sama dengan ketrampilan teknis. Padahal inilah cikal bakal ketrampilan menuju jenjang manajemen top.
Satu-satunya jalan adalah mengambil kesempatan untuk belajar memimpin kelompok, mempraktekkan teknik-teknik manajerial,
dan menggunakan alat-alat manajemen seperti agenda, perencanaan, laporan, lembar kontrol dengan displin ketat sehingga cara kerja manajerial ini menjadi kebiasaan baru.

Hal yang juga kerap dianggap sepele adalah pengelolaan manusia.
Hanya melalui komunikasi efektif-lah seseorang bisa membuat orang lain bergerak, bekerja bahkan berkinerja.
Untuk itu latihan melakukan negosiasi, briefing, coaching dan counseling harus dikuasai sedini mungkin.
Hanya dengan ketrampilan inilah seseorang bisa menguasai teknik teknik ”bekerja melaui tangan orang lain” .

Investasi pada Portfolio Sosial
Ada professional yang bila ditanyai berapa relasi yang dia ingat, di dalam maupun di luar perusahaan, hanya bisa menghitung sampai angka 20.
Bandingkan dengan profesional yang mempunyai ratusan relasi, keluarga, kerabat, tetangga, teman, atasan, manajemen top.
Portofolio sosial kita terdiri dari bukan orang yang kita kenal, tetapi orang yang kenal dan mengingat kita.

Investasi pada Perangkat Kerja
Kita perlu bisa diakses dan perlu berkomunikasi diluar waktu kerja biasa.
Sudah tidak jamannya lagi, kita dengar seorang beralasan: “ oh telpon saya low bat “
Bisa saja orang berkomentar terhadap sikap kita: ”Masakan mengelola batere satu telpon saja tidak bisa...”.
Mengoptimalkan fungsi ponsel, komputer, dan perangkat kerja lainnya merupakan suatu keharusan.

Investasi pada Kebugaran Diri
Sediakanlah waktu yang cukup untuk berolahraga, menjaga asupan makanan, menjalani dengan baik pola hidup sehat.
Demi kebugaran jiwa, ciptakan waktu untuk berkontemplasi, merenung dan menjalankan ibadah sehingga menjadikan diri kita bugar jiwa bagaikan batere yang di ”charge” kembali.

Mulailah berinvestasi pada diri sendiri, maka orang lainpun tidak akan ragu berinvestasi pada kita.